Pages

Ritualitas, Digitalitas, dan Kompleksitas

Fenomena keberagamaan dan spiritualitas adalah sebuah fenomena yang sangat kompleks dan tidak dapat di jelaskan secara parsial lewat satu atau dua dimensi penjelasan semata. Ia bersifat meingkupi dan holistik. Tempat ibadah dan ruangan suci merupakan salah satu contoh dari sarana yang mempunyai sifat melingkupi dan holistik, dengan dimensi fungsi dan peran yang sangat luas ( ritual, mental, sakral, gaib). Karena itu, memindahkan fungsi tempat ibadah dan segala aktivitas di dalamnya ke dalam jagat virtual atau artifisial, yaitu melakukan migrasi ke dalam jagat raya cyberspace, tentulah harus mempertimbangkan sifat total dan melingkupi dari tempat ibadah tersebut.

Teori chaos dan komplesitas mengajarkan bahwa dunia merupakan sebuah sistem yang luar biasa besar, di dalamnya terjadi pola hubungan yang luar biasa komples. Terdapat pola-pola keberaturan (order), tetapi ada pula pola-pola ketidakberaturan (disorder); ada kesamaan (similitude), namun hadir pula perbedaan-perbedaan yang sangat rumit; terjadi perkembangan linier, tetapi ada pula perkembangan sirkuler atau sepiral; ada yang tidak dapat di digitalkan ( dimensi batin/transendensi). Di dalam keberaturan ada chaos, begitu pula sebaliknya, terdapat keberaturan di dalam chaos. Sebagaimana diakui oleh Austakalnis, terdapat tingkat kompleksitas (complexity), kekacauan (ramdomness), dan ketidakpastian (uncertainty) di dalam semesta, khususnya semesta batin, yang tidak mungkin di prediksi dan di simulasikan hanya oleh sistem digital zero/one yang terbatas seperti komputer.

Cyberspace dapat menggantikan sebagai fungsi tempat ibadah atau tempat-tempat suci lainnya dan membantu berbagai aktivitas di dalamnya (informasi, diskusi, konferensi, zakat), selama ia hanya berhadapan dengan dimensi-dimensi rasional yang terbatas ( mendata, menghitung, mengirimkan, menyalurkan, menghubungkan dan mengkominikasikan berbagai aktifitas interaktif antarmanusia atau antar manusia dengankomputer). Dengan demikian; cyberspace dapat dianalogikan sebagai sebuah amplifer sosial, yaitu media yang mampu memperluas dan memperbesar cakupan, ruang, dan interaksi sosial di dalam, di luar, antar tempat sehingga terbentuk sebuah kesatuan umat yang semakin kuat.

Namun, tempat suci virtual atau tempat ibadah virtual didalam cyberspace tidak akan menggantikan fungsi dan peran tempat ibadah atau tempat-tempat suci nyata yang mempunyai dimensi-dimensi yang ebih kompleks, khususnya dimensi batin, ruh, kesucian, sakralitas, ketuhanan, dan spiritualitas. Terdapat kompleksitas dimensi di dalam ruang suci nyata (perasaan,emosi,kegaiban,kerahasiaan) yang tidak dapat di presentasikan lewat bits dan byte melalui teknologi cyberspace yang terbatas.


Bayang-Bayang Tuhan Agama dan Imajinasi (Hal 300)

kuyen kuyasakti

Rakyat jelata yang haya ingin berbagi informasi.

No comments:

Post a Comment