Menikah bagi sebagian orang adalah dambaan terkhusus bagi yang menjomblo, dambaan bagi pasangan yang sedang memadu kasih untuk melabuhkan pada jenjang pernikahan, dambaan bagi yang ingin memiliki keturunan dan masih banyak lagi alasan-alasan kenapa mendambakan sebuah pernikahan. Walau terdengar seperti klise tapi begitlah yang terjadi pada umumnya.

Saya baru beberapa bulan menikah ketika menulis ini, lebih tepatnya baru mau memasuki usia pernikahan ke-6 bulan. Alasan saya menikah nyaris tidak begitu jelas, apakah karena sering ditanya kapan nikah?, bisa jadi. Menikah karena teman-teman sudah menikah dan saya pun harus menikah yang kebetulan saya memiliki pacar yang kini berstatus istri saya jadi yasudah menikah saja. Banyak faktor-faktor lain sebetulnya bukan hanya itu yang pada akhirnya mengerucut pada sebuah keputusan untuk menikahi perempuan yang saya cintai tentunya.

Kalau ditanya kenapa menikah ya dijawab kepingin aja, kepingin itu muncul juga bukan tanpa alasan melainkan ketika merasa siap memikul tanggung jawab, siap dengan segala resiko dan konsekuensi yang akan terjadi dan tentu saja merasa siap secara finansial. Kepingin aja memang jawaban yang menurut saya paling jujur karena pernikahan juga bisa jadi tidak diinginkan tapi diharuskan terjadi misalnya karena hubungan yang menyebabkan hamil duluan contohnya. Sebetulnya bisa saja tidak harus menikah tapi moral dan norma yang berlaku di masyarakat dan lingkungan saya khususnya itu seperti itu yang berujung dinikahkan.

Kalau ditanya tujuan menikah ya banyak, salah satunya mencari ketentraman, kan pernikahan pasti ada aja cek cok?. Lawan dari percek cokan atau pertikaian kan kedamaian dan ketentraman jadi bagaimana kita melatih untuk menghindari itu dengan saling mengerti satu sama lain sebisa mungkin hal-hal yang akan menjurus kesana dihindari dan sialnya itu dilakukan setiap hari dan setiap waktu makanya pernikahan adalah sarana belajar yang tidak kenal waktu setiap harinya bakal dilatih untuk itu yang menjadikan pernikahan adalah proses upgrading diri.