Pages

Menikah (Bagian II)





Menikah lagi, ini adalah tulisan yang saya tulis kedua kali dengan judul menikah dan bukan berarti menikah lagi ini adalah kelanjutan dari keresahan-keresahan saya di tulisan saya pertama di blog ini dengan judul Menikah

Menikah bagi saya adalah proses upgrading diri, disebut upgrading diri adalah ketika memutuskan untuk menikah mau tidak mau suka tidak suka sebagai lelaki saya memikul sebuah tanggung jawab baru sebagai seorang suami dengan berbagai ina ini ita itu nya maka dengan memikul tanggung jawab itu berarti saya naik level. Dengan tanggung jawab baru saya untuk menafkahi, melindungi dan menghadirkan ketentraman di tengah tengah keluarga baru saya itu adalah sesuatu yang diluar kebiasaan saya sehari-hari ketika lajang karena ketika masih lajang saya cukup bertanggung jawab untuk diri saya sendiri. Apakah ini saya anggap beban? tentu saja iya. Paksaan dan kebiasaan lama yang sudah dianggap "nyaman" energi saya harus dibagi juga untuk memastikan keluarga saya mendapatkan itu, maka setiap hari dalam kehidupan pernikahan adalah proses upgrading diri dari versi saya yang sebelumnya. Lantas apakah orang yang tidak menikah bukan bertarti tidak upgrade, setiap orang punya cara mengupgrade dirinya menurut versi terbaik dirinya namun saya memilih jalan pernikahan sebagai proses mengupgrade diri saya.

Pernikahan saya baru akan masuk usia satu tahun periode ini bagi saya adalah periode membangun pandangan-pandangan yang ideal tentang pernikahan itu sendiri. Penting bagi saya ditahun pertama untuk membangun fondasi itu karena itu yang akan menentukan bagaimana seharusnya saya menjalani kehidupan pernikahan ini. Pandangan-pandangan dan pemahaman ideal tentang pernikahan versi saya adalah bahwa pernikahan adalah ikatan permanen antara suami-istri untuk memenuhi tujuan biologis, psikologis, sosial dan religius. Membangun ikatan itu tidak mudah rupanya karena menyatukan dua kepala dengan cara kerja dan pemrosesan pikirannya masing-masing itu adalah sebuah kendala, bagi saya tidak bisa menyatukan dua buah kepala tetapi mencari sesuatu yang beririsan, silang pendapat itu jadi hal yang biasa, terkadang merelakan apa yang harusnya menjadi kehendak yang saya mau dan mengikuti apa yang dikehendaki pasangan itu dibutuhkan walaupun jika mau jujur itu tidak nyaman bagi saya. Ya, tapi inilah pengalaman yang saya alami sebagai seorang yang menikah dengan level beginner.

Setelah saya menjalani kehidupan pernikahan yang belum genap satu tahun ini hari-hari pernikahan itu lebih banyak menata. Setiap harinya adalah kegiatan menata. Dalam kegiatan menata itu saya dan istri saya sebagai contoh menata keuangan. Saya dan istri saya sebagai orang yang bukan terlahir dari keluarga borjuis tentu ini jadi perhatian karena semua mengusahakan sendiri bahkan ketika untuk modal menikah pun, setelah menikah kami merencanakan keuangan lagi untuk tempat tinggal, anak dan sebagainya walaupun kami belum punya anak. Saya dan istri juga menyepakati untuk tidak punya anak dulu karena berbagai pertimbangan walau mungkin tidak semua orang tahu kenapa kami menunda memiliki anak dan mungkin akan saya tulis dilain kesempatan (kalau inget dan kalau purun nulisna).

Kegiatan dari hidup dalam ikatan pernikahan yang saya pahami saat ini pada akhirnya adalah upaya untuk membangun institusi keluarga, institusi  dasar dari kehidupan bermasyarakat, bernegara dan sebagai umat manusia. 

kuyen kuyasakti

Rakyat jelata yang haya ingin berbagi informasi.

No comments:

Post a Comment