Secara bahasa kata modern berasal dari bahasa Latin, yaitu
modernus, yang berarti: saat ini; sekarang; masa kini; dan akhir-akhir ini.
Dari kata modern itu kemudian muncul beberapa kata lainnya, yaitu modernitas; modernisme
dan modernisasi. Modernitas berarti realitas kemodernan yang kongkrit sementara
itu modernisme berarti paham mengenai kemodernan yang berada dalam tatanan
konseptual atau ideology. Sedangkan modernisasi adalah suatu proses aktivitas
msyarakat dari statis menuju dinamis, dari tradisional menjadi rasional, dari
feodal menjadi kerakyatan, dengan jalan mengubah cara berfikir masyarakat
sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi segala aparat dan tata
cara semaksimal mungkin.
Beberapa ciri dari masyarakat modern itu, diantaranya adalah
perkembangan sains, teknik, ekonomi kapitalis, dan adanya “kesadaran” yang
menempatkan manusia sebagai titik sentral jagad raya ini. Sehingga
kosmosentrisme berubah menjadi antoposentrisme. Ciri lainnya adalah adanya
penolakan pada tradisi, keyakinan pada kemampuan akal, kemajuan dan sains,
pemisahan masyarakat dari yang sacral dan agama melalui proses sekularisasi dan
membuka nilai perubahan dan penemuan.
Jadi dapat disimpulkan definisi budaya modern mengacu pada
paradigma budaya yang rasionalistik, ilmiah, objektif, dan sistematik. jadi
tatanan nilai budaya yang dikemukannya adalah berwatak modern, rasional dan
objektif dalam setiap esensi yang disampaikan maupun dalam pengungkapannya.
Dewasa ini sudah biasa
orang menghubungkan kebudayaan modern
dengan kondisi-kondisi kehidupan tak terhindarkan yang diciptakannya,
seperti meluasnya berbagai bentuk kemerosotan nilai yang berpangkal dari
hedonisme, kehampaan spiritual dan hasrat melampaui batas terhadap kebebasan.
Kondisi lain yang tak terhindarkan ialah alienasi dengan berbagai
manifestasinya, sikap asosial dan nihilisme yang membuat manusia kehilangan
makna dalam hidupnya dan dengan demikian pula kehilangan tujuan dalam hidupnya.
Semua itu merupakan manifestasi dari krisis yang dialami manusia modern yang hidup dalam peradaban serba
materialistis. Tetapi apabila orang berbicara tentang kebudayaan dan peradaban
modern serta krisis-krisis yang ditimbulkannya, biasanya orang hanya menunjuk
pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi sebagai biang keladinya, dan lupa
bahwa sumber dari krisis itu adalah berbagai manipulasi dan penyalahgunaan
terhadap kemajuan yang telah dicapai manusia, khususnya di bidang ekonomi,
politik, ilmu pengetahuan dan teknologi. Orang juga lupa bahwa sumber dari
berbagai krisis yang dihadapi manusia sebenarnya dapat dicari pada falsafah
hidup, sistem nilai dan gambar dunia (weltanshauung) yang mendasari kebudayaan
modern.
Tentu saja tidaklah mudah untuk memastikan falsafah hidup
yang bagaimana yang benar-benar mendasari kebudayaan modern, oleh karena begitu
banyak aliran falsafah dan ideologi yang berkembang dalam sejarah pemikiran
Barat. Pada umumnya pula jika orang berbicara tentang kebudayaan modern maka
orang hanya ingat bahwa fundasi yang membentuk kebudayaan Barat ialah
Helenisme, atau semangat kebudayaan Yunani yang mencintai pemikiran rasional,
penelitian ilmiah dan demokrasi. Semangat Helenisme ini kemudian dikaitkan
dengan sejarah munculnya Renaisance yang memicu timbulnya revolusi ilmu
pengetahuan pada abad ke-17 dan 18 M, serta lahirnya falsafah rasionalisme dan
empirisme. Orang lupa pada anasir dominan lain yang mendasari pembentukan
kebudayaan dan peradaban modern.
Kebudayaan modern sekarang yang serba kompleks ini, dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi begitu canggih dan mengelaborasi hampir seluruh kawasan dunia. Pada saat manusia harus berkelit dengan
problem kehidupan yang serba materrialistis dan pada giliranya sangat egois dan
individual. Hubungan antar manusia pada zaman modern juga cenderung
“impersonal”. Fenomena-fenomena tersebut membuat manusia semakin kehilangan jati
dirinya. Kondisi demikian juga mengharuskan manusia untuk benar-benar mampu
bertahan mengendalikan dirinya, untuk kemudian tetap tegar dalam kepribadian
sebab ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin tidak banyak tergantung kepada
faktor-faktor luar; sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya,
melainkan lebih tergantung kepada cara dan sikap menghadapi faktor-faktor
tersebut. Akibatanya dihinggapi oleh rasa gelisah yang sangat, yang
kadang-kadang membawa kepada keabnormal tindakan dan sikap dalam hidupnya, gangguan kejiwaan atau bahkan bisa terkena sakit jiwa.
Pada kehidupan masyarakat modern, kerja merupakan bentuk
eksploitasi kepada diri, sehingga mempengaruhi pola ibadah, makan, dan pola hubungan
pribadi dengan keluarga, sehingga dalam kebudayaan industri dan birokrasi
modern pada umumnya, dipersonalisasi menjadi pemandangan sehari-hari.
Masyarakat modern mudah stres dan muncul penyakit-penyakit baru yang berkaitan
dengan perubahan pola makanan dan pola kerja. Yang terjadi kemudian adalah
dehumanisasi dan alienasi atau keterasingan, karena dipacu oleh semangat kerja
yang tinggi untuk menumpuk modal. Berger menyebutnya sebagai “lonely crowd”
karena pribadi menemukan dirinya amat kuat dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
kebudayaan industrialisasi, terus terjadi krisis. Pertama, kosmos yang nyaman
berubah makna karena otonomisasi dan sekularisasi sehingga rasa aman lenyap.
Kedua masyarakat yang nyaman dirobek-robek karena individu mendesakkan diri
kepada pusat semesta, ketiga nilai kebersamaan goyah, keempat birokrasi dan
waktu menggantikan tokoh mistis dan waktu mitologi.
Para penganut paham pascamodern seperti Lyotard pernah mengemukakan
perlunya suatu jaminan meta-sosial, yang dengannya hidup kita dijamin lebih
merdeka, bahagia, dan sebagainya. Khotbah agung-nya (metanarasi) ini
mengutamakan perlunya new sensibility bagi masyarakat yang terjebak dalam
gejala dehumanisasi budaya modern.
Kebiasaan dari masyarakat modern adalah mencari hal-hal
mudah, sehingga penggabungan nilai-nilai lama dengan kebudayaan birokrasi
modern diarahkan untuk kenikmatan pribadi. Sehingga, munculah praktek-peraktek
kotor seperti nepotisme, korupsi, yang menyebabkan penampilan mutu yang amat
rendah.
No comments:
Post a Comment