Pages

Metode Historis : Kajian Filsafat Materialisme Karl Marx



Historis telah menempuh perjalanan amat panjang sepanjang perjalanan historis umat manusia dan telah ada sejak manusia mulai bereksistensi di permukaan bumi ini. Historis adalah manusia itu sendiri, yaitu manusia nyata yang hidup dan berjuang dalam melakukan segala hal untuk memiliki materi. Historis termasuk metode berpikir yang diutarakan dalam pemahaman Filsafat Karl Marx untuk membebaskan manusia dari dogma dan kultus. Metode historis harus dimulai dari dasar alamiah dan perubahan sepanjang sejarah melalui aktivitas dan pekerjaan manusia berdasarkan kebutuhan. Menurut Karl Marx bahwa materi adalah segala sesuatu untuk bagi manusia, manusia berasal dari materi dan manusia harus mencari materi. Materi merupakan faktor untuk perubahan yang hakiki bagi manusia, dan perubahan itu tidak bisa lepas dengan historis, karena itu materi tidak bisa terlepas dengan historis itu sendiri sebagai tempat pengembangan, pembentukan dan kebahagiaan manusia yang sempurna.

Pengkajian tentang persoalan historis merupakan suatu hal yang sangat menarik, karena mengkaji masalah historis adalah mengkaji tentang persoalan seluk-beluk kehidupan manusia secara menyeluruh, komprehensif dan fundamental. Hidup manusia di permukaan bumi ini diawali dengan proses sejarah, karena sejarah telah mengikat manusia, baik secara sadar atau tidak manusia telah membentuk model sejarahnya sendiri.

Pembentukan diri manusia adalah lewat sejarah, sejarah masa kanak-kanak, sejarah masa muda, dan sejarah masa tua. Dari berbagai bentuk masa yang dialami manusia itu ternyata pada masa-masa itulah pembentukan diri, karakter dan karier seseorang dalam menata hidup yang lebih baik dan berhasil. Manusia tidak bisa melepas diri dari sejarah hidupnya sendiri dan dari sinilah terbentuknya berbagai nilai dan karakter untuk menjadi manusia yang lebih sempurna.

Karl Marx adalah seorang tokoh materialisme yang termahsyur pada abad modern sekarang ini, terutama tentang pemikirannya dalam bidang ekonomi dan dalam bidang kefilsafatan. Karl Marx mengatakan bahwa perkembangan masyarakat berlangsung secara historis dalam dimensi dielektika menyangkut segala peristiwa yang terjadi dalam hidup manusia baik yang berhubungan dengan kerohanian maupun berhubungan dengan materi.

Karl Marx mensinyalir bahwa materi merupakan sesuatu yang harus dicari oleh manusia, materi mampu menghidupkan, mengembangkan, dan membahagiakan manusia, karena itu manusia harus mengejar materi dengan cara bekerja, berkarier, menciptakan atau melahirkan sistem produksi ekonomi untuk mewujudkan ekonomi yang berbasis pada ajaran komunis. 

Ajaran materialisme menggambarkan bahwa sejarah manusia adalah sejarah yang menuju ke suatu keadaan ekonomi tertentu, yaitu komunisme, dimana dalam sistem ini milik pribadi akan diganti dengan milik bersama. Perkembangan menuju fase sejarah ini akan berlangsung secara mutlak dan tidak mungkin dihindarkan.

Dari berbagai masalah yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa historis merupakan suatu metode untuk pembentukan nilai kehidupan manusia yang berlangsung secara sistematis dan dialektis adalah sebuah masalah yang sangat urgen untuk diteliti kembali sebagai dasar pembentukan nilai keilmuan yang lebih komplek dan solutif untuk menjawab berbagai tantangan dalam nuansa yang berbeda dan kompetitif untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Pengertian Metode Historis
Metode, dari bahasa yunani: methodos, yang terdiri dari meta (sesudah, di atas) hodos (suatu jalan, suatu cara). Metode secara historis menggambarkan jalan atau cara untuk mencapai atau membangun sesuatu. Mendekati suatu bidang pengetahuan secara metodis apabila kita mempelajarinya sesuai dengan rencana, mengerjakan bidangbidangnya yang tertentu, mengatur berbagai kepingan secara logis dan menghasilkan sebanyak mungkin hubungan. Akhirnya, kita mencoba mengetahui masing-masing dan setiap hal bukan hanya hal itu ada melainkan juga “mengapa” hal itu ada sebagai mana adanya. Jadi kita ingin mengetahui bukan hanya fakta-fakta melainkan juga alasan atau dasar fakta-fakta ini. James A. Black, menjelaskan hal yang berkaitan dengan metode, bahwa fakta-fakta tidak tergeletak di sekitar begitu saja menunggu untuk diambil, faktafakta harus dibuka dari kulit pembungkus kenyataan, harus diamati dalam suatu kerangka acuan yang spesifik, harus diukur dengan tepat, harus diamati dimana suatu fakta bisa dikaitkan dengan fakta-fakta lain yang relevan.
Historis adalah ibarat pohon yang selalu menggambarkaan proses tumbuh dan berkembang dari bumi ke udara atau dari bawah ke atas. Pada saat proses tumbuh dan berkembang tersebut, kemudian muncul cabang, dahan, daun, kembang, bunga dan buahbuah. Historis merupakan jawaban masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberikan pengertian tentang apa yang telah berlalu. Dalam pengertian lain, historis adalah salah satu bidang ilmu yang menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat dan kemanusiaan di masa lampau, beserta segala kejadiannya dengan maksud untuk meneliti secara kritis.

Dari seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk dijadikan suatu bukti adanya keadaan masa lampau serta melihat perubahan pada masa sekarang, dan bagaimana perkembangannya di masa yang akan datang. Dari pengertian historis tersebut dapat dianalisis bahwa hakikat historis secara substantial adalah manusia, waktu, dan ruang. Dengan adanya manusia, waktu, dan ruang, maka historis itu bisa diproses, tanpa adanya ketiga hal tersebut maka sejarah tidak ada. Penafsiran historis sebelum Karl Marx, sangat beragam pengertiannya, yang dimulai dari sudut pandang agama, ide-ide, dan lain-lain. Dari sudut pandang agama, historis ditafsirkan sebagai ketentuan Yang Maha Kuasa, yaitu memandang perkembangan manusia sebagai suatu rencana Tuhan dalam alam semesta. Kesukaran pokok dalam penafsiran sejarah dari sudut agama terletak pada kenyataan bahwa kemauan Tuhan tidak diketahui dan tidak akan dapat diketahui oleh manusia dengan pengalaman langsung. Sementara Tuhan hanya satu, dan penafsiran manusia mengenai Tuhan beragam sudut pandang, ada yang mentiadakan dan ada yang mengakui Tuhan. Rencana Tuhan terhadap manusia adalah banyak dan berlainan, dan manusia tidak mengetahui rencana Tuhan.

Kemudian, penafsiran historis dari sudut pandang “ide”. Ide dianggap oleh Hegel sebagai sebab yang utama bagi timbulnya proses historis. Kondisi-kondisi materil dalam masyarakat, seperti sosial, ekonomi, teknologi sesungguhnya dianggap berasal dari ide. Meskipun tidak disangkal lagi bahwa metode ide mengandung banyak hal yang dapat diterima untuk meletakkan titik berat pada ide semata-mata sebagai tenaga pendorong yang utama dalam historis, berarti akan mengabaikan kenyaatan bahwa ide tidak saja menimbulkan peristiwa tetapi juga mencerminkannya. Oleh karena itu, untuk mengkhususkan ide sebagai tenaga penggerak yang utama dari perbuatan manusia, berarti akan mengabaikan lingkungan keadaan. Dari keadaan yang pada akhirnya akan menyebabkan beberapa buah pikiran yang mungkin dan beberapa yang lainnya tidak mungkin untuk dilaksanakan. Dari keadaan inilah ide mendapatkan tenaga hidup dan pengaruh praktisnya.

Secara praktis historis telah menempuh perjalanan yang amat panjang, sepanjang perjalanan historis umat manusia, dan historis telah ada sejak manusia mulai bereksistensi di permukaan bumi ini. Historis sama tuanya dengan usia umat manusia itu sendiri, tetapi dilihat dari sudut pandang teori, yaitu memandang historis dari sudut ilmiah. Historis merupakan ilmu yang masih relatif muda dibandingkan dengan peristiwa yang dibahasnya, karena historis baru berkembang seiring dengan perkembangaan ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang sejak abad ke 19 mulai menampakkan perkembangan yang pesat. Salah satu tokoh abad ke 19 yang membahas dan mengembangkan historis secara ilmiah adalah Karl Marx, yang melihat dari sudut pandang ekonomi sebagai penyebab perkembangan masyarakat. Historis dalam ajaran materialisme diungkapkan bahwa manusia hanya dapat dipahami selama ia ditempatkan dalam konteks historis, dan manusia pada hakikatnya adalah insan historis.

Dalam karya Karl Marx, yang berjudul The Holy Family pada tahun 1845. Ia menyatakan bahwa historis tidak melakukan apa-apa, tidak memiliki kekayaan apa pun, dan tidak berjuang dalam perang apapun. Historis adalah manusia itu sendiri, yaitu manusia nyata yang hidup dan berjuang dalam melakukan segala hal untuk memilikimateri. Bukan historis  yang seolah-olah menjadi penguasa yang menggunakan manusia sebagai sarana untuk mencapai tujuannya, tetapi historis adalah aktivitas manusia dalam mengejar tujuan materi. Karl Marx percaya bahwa historis manusia ditentukan oleh kebutuhan ekonomi yang paling dasar, yaitu kebutuhan akan materi, dengan demikian Karl Marx menyimpulkan seluruh tindak-tanduk manusia didorong oleh motif ekonomi, yaitu pemuasan materi. Berdasarkan materialisme historis, Karl Marx percaya bahwa kekuatan-kekuatan ekonomi sangat menentukan hubungan-hubungan produksi, pasar dan masyarakat.

Perkembangan masyarakat yang nyata adalah dorongan untuk hidup, yaitu makan, minum, dan pakaian, hal ini diusahakan oleh manusia itu sendiri. Untuk mengusahakan makan, minum, dan pakaian diperlukan alat-alat memproduksi, yaitu mesin atau pabrik, dan alat-alat itu adalah materi, yang hendak diusahakan pun adalah materi, semua serba materi. Ketika masyarakat ingin makan, maka mereka harus mengusahakannya dengan materi, yaitu uang, kerja upahan dan sebagainya. Oleh karena itu, inilah maksud materialisme dalam pemahaman historis Karl Marx. 

Metode Historis Materialisme Karl Marx
Karl Marx adalah seorang filsuf yang terkenal dengan filsafat materialisme, artinya materialisme adalah sebagai dasar berpikir Karl Marx untuk mengembangkan konsepkonsep dalam berbagai dimensi kehidupan manusia, karena materi itu adalah sesuatu yang menghidupkan dan mengembangkan tentang kehidupan manusia untuk mencapai hidup yang baik, berbahagia dan sejahtera. 
Berdasarkan pokok pikiran itulah, Karl Marx mencoba berpandangan bahwa historis termasuk salah satu model berpikir yang diutarakan dalam pemahaman kefilsafatannya, secara realitas dapat dikatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang bergelimpangan dengan materi tidak bisa tidak bahwa materi itu di peroleh melalui historis, manusia mengembangkan hidupnya juga melalui historis. Sejarah dan materi adalah suatu hal yang tidak terpisahkan, karena itulah Karl Marx mengangkat bahwa historis adalah sebagai salah satu metode filsafatnya, sebagai filsafat materialisme.

Sebagai seorang filsuf, yang tidak lepas dari cara berpikir, maka metode berpikir dia adalah kebalikan dari metode yang dipakai filsuf Hegel. Karl Marx menjelaskan bahwa saya adalah murid ahli pikir besar yaitu Hegel. Bagi Hegel, proses berpikir ditransformasikan menjadi subjek independen dengan nama idea atau dengan istilah lain dunia nyata hanyalah penampilan eksternal dari ide. Tetapi bagi Marx sebaliknya ide itu tidak lain hanyalah demi material yang dicerminkan oleh pikiran manusia dan diterjemahkan didalam bentuk-bentuk pikiran. 

Karl Marx mengkritik manusia saat ini selalu membentuk ide-ide yang salah tentang diri mereka sendiri. Mereka merancang hubungan-hubungan menurut ide-ide mereka sendiri tentang Tuhan, tentang manusia. Hasil pemikiran telah terlepas dari tangan mereka, mereka membungkukkan diri dibawah ciptaan. Marilah kita membebaskan mereka dari tahayul-tahayul, ide-ide, dogma-dogma, marilah melawan kekuasaan, kaidah-kaidah atau konsep-konsep idealisme, dan sikap-sikap mengkultuskan ide. Akan tetapi Marx menginginkan materi sebagai realitas empiris yang awal dan dalam, sementara ide adalah pantulan dari dunia materi itu sendiri.

Manusia sebagai makhluk sejarah hidup dalam kondisi-kondisi alam yang berbeda. Metode historis harus dimulai dasar alamiah ini dan perubahan di sepanjang sejarah melalui aktivitas manusia. Kondisi alamiah itu menentukan seluruh tingkat perubahan, baik yang sifatnya perkembangan kemajuan maupun kemunduran. Kecenderungan alamiah manusia berbeda-beda secara spontan tentang fisik, kebutuhan, dan pekerjaan. Semua kondisi alamiah ini harus diungkapkan dengan metode historis.

Sejarah masyarakat yang beragam ini ditentukan oleh sistem produksi, aspek material dan membangun sistem produksi adalah suatu hal yang sangat mendasar, karena produksi dan bagaimana memproduksi termasuk bagaimana cara mempertahankan hidup atau dengan kata lain sejarah masyarakat itu adalah bentuk produksi.

Marx ingin membahas persoalan ini berkaitan dengan aspek material dari sejarah masyarakat dengan menghubungkan relasi dasar historis dan aspek-aspek dasar dari aktivitas sosial produksi. Aspek-aspek itu adalah:
  1. Produksi adalah sarana-sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup, yaitu produksi kehidupan material itu sendiri. Produksi merupakan watak alamiah, dasar dari semua historis saat ini maupun beribu-ribu tahun silam yang harus dipenuhi setiap hari untuk mempertahankan kehidupan manusia. Ilmu historis harus mengamati dan meneliti fakta produksi dengan semua signifikansi dan implikasinya di dalam kehidupan manusia.
  2. Kebutuhan-kebutuhan hidup yang baru muncul dan harus diproduksi karena berkaitan dengan peningkatan populasi di dalam masyarakat manusia.
  3. Manusia secara alamiah melahirkan manusia lain atau memperbanyak keturunan, yaitu melalui hubungan seksual lelaki dan wanita untuk terciptanya proses sebuah keluarga. Peningkatan populasi berdasarkan aspek ini kemudian menimbulkan hubungan sosial baru dan kebutuhan-kebutuhan dasar yang meningkat. Fakta-fakta historis keluarga ini dibahas dan dianalisa sesuai dengan data-data empiris, bukan dengan konsepsi keluarga yang abstrak dan kontemplatif.
  4. Produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mengandung tiga aspek di atas mempunyai dua segi relasi, yaitu hubungan alamiah dan hubungan sosial dengan pengertian kerja sama dari beberapa orang, baik dilihat dari kondisi-kondisinya, dengan cara apa dan untuk tujuannya. Jadi segi-segi sebelumnya adalah satu kesatuan aktivitas relasi dari historis masyarakat manusia. Dengan demikian, bentuk produksi tertentu atau suatu tahap industri selalu dikombinasikan dengan bentuk kerja sama tertentu atau suatu tahap sosial. Bentuk kerja sama ini sendiri adalah suatu daya produktif. Jadi, rangkaian daya-daya produksi menentukan kondisi masyarakat, sehingga sejarah kemanusiaan itu harus selalu diteliti dan dibahas berkaitan dengan sejarah industri dan perdagangan dengan menggunakan metode sejarah.
  5. Setelah memahami empat aspek hubungan dasar historis yang tertera di atas, dapat dipahami bahwa manusia juga mempunyai kesadaran, namun bukan kesadaran murni. Kesadaran pertamakali dinyatakan dengan ujaran dari wujud yang dibatasi materi, lapisan udara atau suara yang bergetar, dengan istilah lain adalah bahasa. Dengan demikian, bahasa adalah kesadaran praktis dan nyata dalam hubungan antar sesama manusia. Bahasa adalah alat kesadaran dari hubungan-hubungan antar manusia dan manusia dengan alam itu sendiri. Bahasa seperti halnya kesadaran hanya hadir dari kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain.
Konsepsi Karl Marx tentang historis bermula dari prinsip bahwa produksi adalah dasar dari setiap tatanan sosial, dan pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas ditentukan oleh apa yang dihasilkan, bagaimana ia dihasilkan, dan dipertukarkan. Dalil pokok yang digunakan Karl Marx dalam menganalisa masyarakat ialah penafsiran ekonominya tentang historis. Produksi barang dan jasa merupakan yang membantu manusia dalam hidupnya, dan pertukaran barang-barang dan jasa-jasa ini adalah dasar dari segala proses dan lembaga-lembaga sosial. Karl Marx tidak menuduh faktor ekonomi adalah satu-satunya yang penting dalam proses pembentukan historis. Karl Marx memang mendakwakan faktor ekonomi adalah yang terpenting sebagai dasar untuk membangun superstruktur kebudayaan, perundang-undangan, peemerintahan, dan diperkuat oleh ideologi-ideologi politik, sosial, keagamaan, kesusastraan, dan artistik yang sejalan. Secara umum, Karl Marx melukiskan hubungan di antara kondisi-kondisi materil kehidupan manusia dan ideide manusia. Sebagaimana pernyataan Karl Marx: “bukanlah kesadaran manuisa yang menentukan adanya mereka, akan tetapi sebaliknya. Adanya mereka dalam kehidupan sosilallah yang menentukn kesadaran mereka”.

Sebelum Karl Marx, perubahan pokok di bidang sosial sebagian besar dianggap sebagai perbuatan pemimpin-pemimpin besar politik, perbuatan undang-undang, dan kaum pelopor dalam membuat perubahan-perubahan. Karl Marx menolak kebiasaan untuk meletakkan titik berat pada kekuatan pribadi sebagai penggerak yang utama dalam suatu perubahan sosial yang penting. Karl Marx mencari teori perubahan sosial pada sebab-sebab ekonomis yang tidak ada hubungannya dengan kepribadian, dan bahkan menghapuskan sistem hak milik pribadi. Dua konsepsi utama yang digunakan Karl Marx sebagai pendekatan dalam perubahan sosial, yaitu pertama, kekuatan-kekuatan produksi, dan kedua, hubugan produksi. Konflik di antara kedua faktor ini merupakan sebab yang lebih dalam dari perubahan dasar di bidang sosial. 

Proses perubahan melaui konflik merupakan proses dialektika. Menurut Karl Marx, pangkal dari semua perubahan adalah dilakukannya pengisapan atau eksploitasi para kapitalis terhadap kaum buruh. Pengisapan terhadap kaum buruh tersebut telah memungkinkan terjadinya akumulasi capital dipihak pemilik modal, tetapi menyebabkan kemiskinan di kalangan buruh. Dialektika historis merupakan suatu keniscayaan, yaitu sesuatu yang bakal terjadi, dan yang jelasnya jika kaum buruh sudah tidak tahan lagi mereka akan menghancurkan revolusi. Para pekerja akan menghancurkan prabrik-pabrik dan merusak segala milik kaum pemilik modal.

Secara pokok dapat dijelaskan bahwa pedoman-pedoman dasar dalam konsep materialisme historis adalah: pertama, landasan dasar setiap masyarakat terletak pada tatanan susunan ekonominya. Khususnya hal itu yang menyangkut perimbanganperimbangan kekuatan yang menentukan proses produksi. Landasan dasar dan tata susunan ekonomi yang dimaksud menumbuhkan citarasa, cara berpikir, perilaku, dan bahkan peradaban manusia secara menyeluruh. Kedua, setiap tata susunan ekonomi masyarakat terdiri atas golongan-golongan kelas, dan masing-masing kelas menganut pandangan hidupnya sendiri dan mempunyai kepentingan sendiri. Ketiga, perkembangan sejarah merupakan serangkaian tahapan yang susul menyusul dan berkisar hanya pada pergulatan konflik antar kelas.

Dapat disimpulkan bahwa pokok-pokok konsep materialisme historis Karl Marx dan sebagai ajaran yang aslinya sebagai berikut.
  1. Faktor yang paling penting dan menyebabkan perkembangan historis, yaitu faktor ekonomi. Dari basis ekonomi timbullah segala yang disebut rohani dan akibat-akibat perbuatan rohani, seperti kebudayaan, kesenian, agama, ide dan sebagainya, semua itu dinamakan bangunan atas (uberbau).
  2. Basis ekonomi bergerak secara dialektis dan akibat-akibat gerakan itu adalah pertentangan sosial, dan selanjutnya pertentangan sosial itu menyebabkan perjuangan kaum buruh terhadap kelas yang menguasai mereka. Kemenangan perjuangan kaum buruh memusnahkan pertentangan antar kelas-kelas itu.
Perjuangan Kelas sebagai Aktor Perubahan Historis 
Karl Marx menjelaskan bahwa dengan metode historis masyarakat harus berkembang dan mengalami perubahan, sedangkan yang menjadi motor perubahan dan perkembangan masyarakat adalah perlawanan di antara kelas-kelas sosial yang ada. Kelaskelas sosial yang terstruktur dalam masyarakat termasuk aktor historis yang sesungguhnya. Menentukan jalannya historis bukanlah orang-orang elit, seperti raja, tuan tanah, pemilik pabrik melainkan kelas-kelas sosial yang masing-masing mereka memperjuangkan kepentingannya. Kepentingan mereka bukan apa yang dikehendaki oleh orang-orang tertentu, melainkan ditentukan secara objektif dari kedudukan kelas masing-masing dalam proses sistem produksi.
Sekelompok manusia bertindak berdasarkan kepentingan mereka untuk mempertahankan diri, kelas-kelas yang lain atau kelas atas bertindak sesuai kepentingan untuk mempertahankan kedudukan mereka, sedangkan kelas bawah kepentingannya adalah untuk mengubah situasi mereka yang tertindas. Mereka tidak secara buta mengikuti kelasnya atau seakan-akan tidak mempunyai perndirian dan cita-cita sendiri. Akan tetapi cita-cita itu selalu bergerak dalam kerangka atau format visi kelas sosialnya.

Setiap kelompok masyarakat pasti mengalami fase-fase perkembangan yang dimulai dari masyarakat primitif, perbudakan, feodalisme, kapitalisme, sosialisme dan komunisme. Pada masyarakat primitif, sosialisme dan komunisme, alat-alat produksi merupakan milik bersama. Dalam kelompok ini tidak ada pengisapan dari satu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lain. Sedangkan pada kelompok masyarakat perbudakan, feodalisme dan kapitalisme alat-alat atau modal produksi dimiliki dan dikendalikan oleh suatu kelompok, sementara kelompok lainnya hanya sebagai pekerja. Kondisi masyarakat seperti ini sangat potensial terjadi pengisapan dari suatu kelas masyarakat terhadap kelas masyarakat lainnya. Para tuan akan menindas budak, para tuan tanah mengisap buruh tani, dan para pemilik modal akan mengisap kaum buruh.

Menurut Karl Marx, historis masyarakat manusia adalah historis berbagai macam sistem produktif yang berbasis eksploitasi kelas. Karl Marx mengatakan kita dapat membagi historis setiap masyarakat kedalam setiap masa, dan setiap masa itu didominasi oleh model produksi (cara-cara memproduksi) tertentu dengan hubungan ciri khas kelas itu sendiri. Semua masyarakat sebenarnya akan melalui semua tahap perkembangan ini dalam historis, yaitu yang dimulai dari primitif, perbudakan, feodalisme, kapitalisme, sosialisme, dan kelak semuanya akan menjadi komunisme. Namun, tidak semua masyarakat berevolusi dengan kecepatan yang sama. Itulah sebabnya mengapa pada suatu masa tertentu dalam historis berbagai masyarakat tersebut menunjukkan model produksi yang berbeda-beda, atau berbagai masyarakat tersebut berada pada tahap perkembangan historis yang berbedabeda.

Bagaimana sistem produksi dari setiap tahap-tahap perkembangan tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut.
  1. Komunisme Primitif (Masyarakat Persukuan) : Masyarakat persukuan alat produksi belum berkembang, dan pekerjaan manusia hanya berburu, memancing, beternak, dan pertanian. Pada masyarakat primitif tidak memproduksi surplus (nilai lebih), karena biasanya lingkungan yang tidak bersahabat dan kekurangan teknologi. Masyarakat primitif hanya memproduksi kebutuhan hidup secukupnya dan setiap orang harus bekerja. Tahap ini tidak ada yang kaya, karena itu tidak muncul kelas untuk mengeksploitasi orang lain. Masyarakat primitif lebih mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan individu atau alat produksi merupakan milik bersama, inilah kelebihan sosial masyarakat primitif.
  2. Komunal Kuno (Perbudakan) : Masyarakat komunal kuno manusia dimiliki sebagai kekayaan oleh sebagian orang yang lebih berkuasa. Pada masa ini terdapat kelas yang menguasai dan dikuasai, atau ada majikan dan ada budak. Karena itu, produksi terjadi dengan menggunakan tenaga manusia secara paksa, karena mereka dimiliki sebagai kekayaan oleh majikan. Pada masa ini sepertiga penduduk adalah budak. Sebagian besar budak pada mulanya sebagai tahanan perang, sebagai akibat dari imperialisme kedua kerajaan ini (Yunani kuno dan Romawi) pada masa itu. Salah satu alasan utama mengapa model produksi kuno akhirnya ambruk karena kekuasaan negara mengalami kemerosotan. Semakin lama semakin sukar bagi negara untuk mengontrol penduduk yang tinggal di bagian-bagian jajahan yang jauh, sehingga perbudakan sebagai model produksi lambat laun menghilang karena tidak lagi relevan.
  3. Feodalisme : Kehidupan masyarakat sistem feodalisme model produksi didasarkan pada kemampuan para pejuang perang atau bangsawan yang mengendalikan wilayah-wilayah lokal yang kecil dengan kekuatan senjata untuk menundukkan dan mengeksploitasi tenaga kerja pertanian, sehingga mereka disebut sebagai tuan tanah. Model produksi feodalisme terjadi dengan menggunakan tenaga kerja dan orang-orang bekerja dipandang hanya bekerja agar mereka bertahan hidup. Karena tenaga kerja ini tidak memiliki tanah, melainkan mereka menyewa tanah pada pemilik tanah (tuan tanah), dan para pekerja diwajibkan untuk menyerahkan sebagian besar hasil dari pertanian mereka sebagai biaya sewa kepada tuan tanah. Pada perkembangan sistem feodalisme selanjutnya sangat menggegerkan para pekerja. Pada awalnya para pekerja dengan mudah mendapatkan tanah dari tuan tanah dengan cara disewakan, namun akhirnya sulit untuk mendapatkan tanah, karena para tuan tanah melarang digunakannya lahan kosong di sepanjang wilayah kekuasaan mereka untuk pekerja. Lahan-lahan kosong ini kemudian digunakan oleh penguasa (tuan tanah) untuk peternakan domba, pertanian intensif yang menggunakan mesin dan tidak menggunakan tenaga manusia, sehingga para pekerja untuk mencari nafkah kehidupan mereka tidak ada lagi, karena mereka tidak memiliki tanah sendiri dan mereka akhirnya benar-benar menjadi miskin. Sebagaimana dikatakan Karl Marx dalam karya capitalnya, yaitu “Domba memakan manusia”. Artinya, para pekerja tanpa memiliki tanah dan tidak memiliki sarana subsistensi kecuali tenaga. Sehingga para pekerja terpaksa untuk menjual tenaga mereka kepada majikan demi upah untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu, dari sistem feodalisme tersebut muncullah sistem kehidupan yang masyarakat baru, yaitu sistem kapitalisme.
  4. Kapitalisme : Pada sistem masyarakat kapitalisme, kepemilikan produktif teruatama dalam bentuk tanah, di mana kaum buruh bekerja dengan upah rendah mengelola tanah tersebut. Kemudian dalam bentuk produktif industri yang mendorong munculnya investasi kapitalis pada pabrik-pabrik dan mesin-mesin, sedangkan kaum buruh dengan upah rendah tertinggal sebagai tenaga industri manual saja. Dalam sistem kapitalisme, kaum buruh menjadi modal kekayaan para penguasa, karena mereka diupah dengan nilai rendah, dan bahkan kaum buruh dipandang oleh kapitalisme, para pekerja diupah sekedar untuk hidup saja. Kaum buruh seharusnya diupah sesuai dengan pekerjaannya, tetapi kapitalisme mengupah dengan nilai rendah. Umpamanya, upah 10.000 perhari, tetapi hanya dibayar 3000 perharinya. Kemudian dalam bentuk jam kerja diperpanjang, jika bagi seorang pekerja hanya diperlukan waktu 4 jam, maka semakin lama pekerja itu berkerja melebihi waktu 4 jam tadi, maka semakin besar pulalah surplus yang diperoleh kaum kapitalisme. Oleh karena itu, Karl Marx sangat membenci kapitalisme dan memberikan solusi untuk menghancurkan kapitalisme dengan sosialisme dan komunisme.
  5.  Sosialisme : Sistem masyarakat sosialime, tidak ada ditemukan pengisapan terhadap masyarakat, seperti halnya kapitalisme, feodalisme, dan alat berproduksi merupakan milik bersama. Namun alat produktivitas masih rendah dan kebutuhan materi belum terpenuhi secara cukup. Hakikat manusia sebagai produsen, dalam fase sosialisme manusia belum cukup menyesuaikan diri sehingga menjadikan kerja sebagai hakikat dan masih mementingkan intensif materi untuk bekerja.
  6. Komunisme : Sistem produktivitas dalam masyarakat komunisme sudah sangat tinggi, sehingga semua kebutuhan materi sudah diproduksi secara cukup. Oleh karena itu, perekonomian dapat memenuhi kebutuhan semua anggota masyarakat secara berkelimpahan. Manusia bekerja dengan penuh kegembiraan, suka cita, dan semua pekerjaan dilakukan secara sukarela dengan efisien, tanpa terlalu mengharapkan intensif langsung, seperti upah. Upah dipandang sebagai produk sampingan dari kerja. Ciri-ciri inti masyarakat komunisme adalah penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi, penghapusan adanya kelas-kelas sosial, penghapusan pembagian kerja. Kelas-kelas tidak dihapus secara khusus sesudah kelas kapitalisme ditiadakan karena kapitalisme sendiri sudah menghapus semua kelas, sehingga hanya tinggal kelas proletariat. Itulah sebabnya revolusi sosial tidak akan menghasilkan masyarakat dengan kelas atas dan kelas bawah lagi. Menurut Karl Marx, perubahan perkembangan masyarakat manusia dari satu fase ke fase berikutnya yang lebih maju (seperti fase-fase di atas) terjadi karena kurang atau tidak seimbangnya kemajuan dalam teknologi dengan kemajuan dalam institusi. Teknologi merupakan suatu tenaga dinamis yang sangat penting dalam sejarah umat manusia, yang secara pasti dan tidak bisa dielakkan lagi, selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari fase yang lebih rendah ke fase yang lebih tinggi. Teknologi menentukan kekuatan produktif suatu kelompok masyarakat dan institusi menentukan hubungan produksi. Dari hasil studi sejarah, Karl Marx mengamati bahwa teknologi pada umumnya bergerak lebih cepat dari institusi. Pada tahap awal kemajuan, teknologi yang menentukan kekuatan produksi dan bergerak selaras dengan kemajuan institusi yang mengatur hubungan produk. Namun, kemudian teknologi bergerak lebih cepat dan meninggalkan institusi yang bergerak lebih lambat Kemajuan teknologi membawa berbagai perubahan dan perkembangan dalam kehidupan manusia, dan bahkan teknologi mampu menciptakan kelas baru dalam masyarakat. Teknologi memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk merombak institusi yang bergerak lamban tersebut. Terciptanya kelas baru tentu sesuai dengan kemauan dan keinginan para perombaknya, yaitu mereka yang menguasai kekuasaan. Adanya kelas baru yang tercipta, maka untuk sementara keadaan kehidupan penguasa akan membaik, meskipun para pekerja menderita, mau tidak mau mereka tunduk kepada penguasa demi kelangsungan hidup. Akan tetapi, kemudian teknologi kembali bergerak lebih cepat melebihi gerak institusi yang ada. Contoh, ketika fase feodalisme dimana awalnya para pekerja dengan mudah mendapatkan tanah yang disewakan dari tuan tanah, namun pada akhirnya sangat sulit untuk mendapatkan tanah dari tuan tanah, dikarenakan pada saat itu juga teknologi berkembang. Akibat dari kecepatan teknologi bergerak, maka timbul lagi kelas masyarakat baru, yang pada gilirannya akan melakukan perombakan terhadap institusi yang ada, sesuai yang mereka inginkan. Proses seperti ini akan berjalan terusmenerus. Menurut Karl Marx, gerak dari proses ini pasti, niscaya, tidak dapat ditahan, sehingga akhirnya sampai pada tahap atau fase paling tinggi yang disebutnya komunisme penuh.
Kesimpulan 
Metode adalah suatu usaha menggambarkan jalan atau cara tertentu untuk membangun pengetahuan sesuai dengan rencana yang telah dikonsepsi secara matang. Sedangkan metode historis merupakan gambaraan masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang diramu secara lengkap dan ilmiah, menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat dan kemanusiaan di masa lalu dan segala bentuk kejadiannya dengan maksud meneliti secara kritis.
Karl Marx menjelaskan, bahwa materi adalah segala sesuatu untuk bagi manusia, manusia berasal dari materi dan manusia harus mencari materi. Materi merupakan faktor untuk perubahan yang hakiki bagi manusia, dan perubahan itu tidak bisa lepas dengan historis, karena itu materi tidak bisa terlepas dengan historis itu sendiri sebagai tempat pengembangan, pembentukan dan kebahagiaan manusia yang sempurna.

Sejarah masyarakat sangat beragam, keberagaman ini ditentukan oleh sistem produksi, aspek material dan membangun sistem produksi adalah suatu hal yang sangat mendasar, karena produksi dan bagaimana membangun produksi termasuk bagaimana cara mempertahankan hidup dengan kata lain sejarah masyarakat adalah sistem produksi.




kuyen kuyasakti

Rakyat jelata yang haya ingin berbagi informasi.

No comments:

Post a Comment